Pagi
ini,, ku langkahkan kaki menuju gerbang SMP N 1 Piyungan. Ya.....beberapa hari
setelah aku menjadi anggota SMP N 1 Piyungan, aku masih kelas 7. Sebuah awal
bagiku, untuk mulai membiasakan diri di lingkungan sekolah baruku. Untuk mengenal
teman-teman baruku, pelajaran, dan juga guru-guru. Beberapa bulan berlalu, aku
mulai mengenal semua yang ada di lingkungan sekolahku. Dan teman-teman
sekelasku juga mengenal aku, bahwa aku suka melukis. Pada bulan Agustus,
sekolah mengadakan lomba kebersihan kelas untuk Hari Kemerdekaan. Ini merupakan
kejutan untuk teman-temanku dan juga aku, kenapa??? karena aku diminta untuk
menggambar. Sebuah kebanggaan bagiku. Tiga hari lukisanku selesai,, temanya
tentang kartun. Teman-teman melihat lukisanku dan mengatakannya bagus, aku
merasa senang waktu itu. Di hari lain, aku melihat dan mendengar teman-temanku
mengatakan tentang facebook. Aku bingung waktu itu, “Apa sih facebook?”
pertanyaan untuk temanku. Temanku tertawa mendengar pertanyaanku, dia pun menjawab,
“Facebook itu web dimana kita bisa mengenal semua orang kalau kita udah punya
account facebook” katanya singkat. Aku hanya tersenyum dan berpikir sebentar,
dan aku minta temanku untuk membuatkan facebook untukku. Pada saat itu, aku
punya facebook.
Setelah
aku punya facebook, aku mulai membuka facebook. Beberapa bulan kemudian, aku
membuka facebook dan aku mempunyai permintaan pertemanan dari Weastama.
Awalnya, aku tidak tau siapa Weastama, kemudian aku tau dia setelah dia
mengomentari foto profilku. Dia mengatakan bahwa background foto profilku tidak
cocok, tapi background lukisanku yang cocok. Aku tetap tidak tau siapa
sebenarnya Weastama.
Satu
tahun kemudian, aku kelas 8. Pelajaran Bahasa Indonesia, membuatku sering pergi
ke perpustakaan sekolah. Saat itu, tiba waktunya untuk pergi ke perpustakaan
sekolah, temanku menemaniku. Ketika kakiku mulai untuk memasuki pintu
perpustakaan, pandanganku terarah pada satu orang di perpustakaan. Aku
berpikir, aku sepertinya pernah melihat orang itu. Aku mengambil buku yang akan
aku pinjam sambil aku melihat orang itu. Dan aku menyadarinya, orang itu adalah
Weastama. Weastama juga melihatku. Aku dan Weastama sering bertemu di
perpustakaan sekolah, tapi aku dan Weastama tidak pernah saling berbicara. Aku
dan Weastama hanya saling melihat satu sama lain. Menyapa pun tak pernah.
Pagi
hari saat pelajaran Seni Budaya, aku dan teman-teman mengeluarkan buku tulis
untuk mencatat materi. Di sela-sela aku mencatat, guruku bilang bahwa besok Minggu
depan tidak bisa mengajar, karena guruku akan mengantar murid SMP N 1 Piyungan
lomba seni. Saat semua tanya siapa yang akan diantar, guru ku mengatakan bahwa
ia akan mengantar murid kelas 9. Dan temanku bertanya lagi, “namanya siapa
pak?” Pak Guru pun memberitahu,, namanya Weastama. Kudengar nama itu, aku
terkaget saat aku masih menulis,, ku hentikan dan ku letakkan seketika pen yang
ada di tanganku. Aku termenung sebentar, ternyata Weastama adalah kakak
kelasku. Dia akan lomba seni, tapi aku bingung seni apa...daripada aku
penasaran,, aku menanyakan ke Pak Guru... dan ternyata akan lomba Seni Lukis...Hatiku
tertawa waktu itu,, kagumnya diriku saat itu padanya...........
Waktu
pukul 09.00, bel istirahat pun berbunyi. Pastinya waktu semua untuk menuju ke
kantin, tak terkecuali aku....aku bersama teman-teman keluar dari kelas menuju
ke kantin. Aku ke kantin jalannya bareng ma Veve,, terus aku bilang ke Veve, “Ve,
yang dibilangin Pak Guru tadi,, orangnya hebat ya” terus Veve jawab..“oo, Weastama
to???” “iya”kataku...Veve bilang “Weastama tu dah biasa kayak gitu,,, dia
sering ikut lomba seni, terutama seni lukis” Rasa penasaranku tambah besar
waktu itu,, “lukisannya bagus po ?” tanyaku pada Veve dari rasa penasaranku “bagus
banget.., super super bagus”. Selama pembicaraan itu, akhirnya sampai juga di
kantin sekolah, aku tersenyum mendengarnya tadi. Aku dan teman teman membeli
makanan dan minuman yang kemudian kami bawa ke kelas. Aku dan teman-teman
sampai di kelas kemudian langsung makan makanan yang kami tadi beli. Bel
istirahat selesai pun berbunyi, ini menandakan bahwa pelajaran akan di mulai
lagi...aku memperhatikan pelajaran hingga bel pulang berbunyi dengan serius.
Setelah bel pulang berbunyi,, Wali kelas 8B datang ke kelas dan mengumumkan bahwa
ekstra kurikuler dimulai Minggu ini, selesai mendengarkan pengumuman akupun
pulang. Ketika aku menuruni tangga sekolah,, aku bertemu dengan Weastama. Aku hanya
melihatnya, tapi dia tak melihatku. Aku menuju ke parkiran sepeda,, ketika
perjalanan menuju ke parkiran sepeda,,, seseorang memanggilku,, saat ku tengok
ke belakang,,, yang memanggilku adalah May... May berlari menuju ke arahku dan
bertanya kepada ku apa aku ikut melukis, dia juga mengatakan bahwa dia ikut
melukis. Aku menjawab bahwa aku ikut melukis, aku juga mengatakan kepada May
kalau besok itu,, makan di kantinnya bareng. Ya..., karena besuk hari Sabtu.
May menjawab iya. Selesai pembicaraan ku dengan May, aku mengambil sepeda dan
langsung pulang.
Hari Sabtu pun tiba, ekstra melukis juga tiba. Selama
ekstra melukis, diberitahu kalau besuk Minggu depan membawa hasil gambar yang
dibuat sendiri. Disitu , juga diberitahu juga teknik-teknik yang akan dipelajari.
Ekstra melukis selesai pukul 15.00. Aku keluar kelas melukis sama May,, ketika
aku dan May jalan sambil bicara,, dari jauh aku melihat Weastama. Tapi aku
pura-pura ngga tau,, May tiba tiba berhenti dan bicara pada Weastama. Aku
melihat May akrab sekali dengan Weastama. Aku bingung waktu itu,, apa May udah
kenal ma Weastama ??? Melihat itu,,, aku meninggalkan May dan Weastama. Tak ada
rasa apapun waktu itu,, aku hanya malu aja dengan Weastama. Seminggu sekali,,
aku ekstra melukis. Setiap ekstra,,, kejadian yang sama selalu aku lihat.
Kedekatan May dan Weastama,,, terutama saat Weastama melihat lihat gambar May
dan mengatakannya bagus. Aku merasa minder waktu itu,, ku lihat Weastama memuji
gambar May yang menggunakan cat air. Karena aku belum bisa menggunakan cat air
dengan bagus. Kuputuskan waktu itu,, untuk menghindar dari mereka,, aku
beralasan pada May kalau aku dicari temenku di kelas. Aku menaiki tangga dan
saat ku lihat ke bawah,,, sudah ngga ada May dan Weastama,, dan aku muter lewat
gedung atas kemudian aku bertemu May...aku basa basi dengannya. Kejadian yang
sama lagi kualami selesai ekstra melukis,, setelah ku lihat Weastama melihat
gambar May,,kini Weastama mengajak ngobrol May,, kenapa dia ngga ngajak ngobrol aku??? Dalam hatiku berkata seperti
itu...ku tinggalkan mereka dan aku seperti mendengar Weastama bicara tentang
cat air ke May. Tapi aku tetap meninggalkan mereka. Di hari lain,, aku bertanya
kepada May,, yang dibicarain pas sama Weastama apa,, dan aku minta maaf sama May
kalau aku waktu itu duluan karena aku udah di jemput,, padahal aslinya aku
belum di jemput. Aku terpaksa bohong sama May. May bilang Weastama ngasih tau
materi melukis selanjutnya menggunakan cat air. Tapi pikirku,, kenapa pas sekali dengan keadaanku? Apa
dia sengaja,, biar buat aku seneng. Masalah itu aku lupakan, tapi sepertinya
aku punya rasa sama Weastama.
7 bulan kemudian,,,, Weastama menemui aku dan dia ingin
aku membuatkan lukisan menggunakan cat air untuknya. Mendengar itu,, aku kaget
dan aku teringat May,,, aku bilang aku ngga bissa,,, nanti hasilnya pasti
jelek. Tapi Weastama meyakinkan aku, kalau aku pasti bisa jika aku mengikuti
langkah cara menggunakan cat air yang diberikan Weastama di fb. Weastama meninggalkan aku dan bilang
temanya bebas,, dia juga mengatakan ok pada ku. Aku menjawab ok dengan ragu...
Setelah Weastama pergi, aku memikirkan itu semua.. di rumah aku mencoba
membikin gambarnya dulu,,, bertahap demi tahap,,, hingga saatnya aku
menggunakan cat air,,, aku takut saat aku akan menggoreskan kuas ke gambarku.
Tapi ku ingat kata-kata Weastama,,, aku yakin pasti aku bisa. Ku kerjakan
lukisanku waktu itu,,, 1 minggu lukisanku selesai. Weastama menanyakan ke aku,
“apa lukisanmu udah selesai??” aku menjawabnya udah... ku kasihkan lukisanku ke
Weastama. Dia memandang lukisanku sambil berkata “bagus,,,gambarnya bagus,,
teknik perwarnaannya juga bagus” aku sedikit lega waktu itu. “Bikinkan aku lagi
lukisan,, kamu simpan lukisan ini,,, karena suatu hari nanti akan aku ambil” Weastama
berkata kepadaku sambil memberikan lukisanku kepada ku dan ia pergi ke kelasnya.
Sesuai permintaannya,, aku membuat lukisan lagi. Tapi aku dapat menyelesaikan
lukisanku selama 1 bulan, karena aku banyak tugas dan ujian. Weastama juga
banyak ujian,, karena dia kelas 9. Aku tetap menyimpan lukisanku,, aku tetap
menunggu Weastama untuk mengambil lukisanku. Aku mencari Weastama di sekolah,,
tapi saat ku lihat,, dia slalu sedang sibuk belajar,, itu membuat aku tak enak
jika mengganggunnya. Hingga akhirnya,, kelulusan kelas 9 tinggal seminggu lagi.
Sementara lukisannya belum diambil. Lukisan itu masih bagus dan terlihat masih
baru karena aku merawatnya dengan baik. Kuputuskan untuk mencari Weastama, tapi
tak menemukannya. Akhirnya, kulihat Weastama dari jauh sedang bicara sama May,,
ku pandang lukisan yang ku bawa dan Weastama secara bergantian. Melihat itu,,
aku menunduk sedih dan aku berjalan ke kelas. Sampai rumah,, ku pandang lukisan
itu,, aku menunduk ke bawah kasur dan mengambil sebuah kotak di situ,, ku letakkan lukisanku di kotak itu dan
kemudian ku kembalikan kotak itu ke tempat semula.
Setelah
aku kelas 9,, aku sudah tidak ikut extra melukis lagi dan aku juga jarang
bertemu dengan May. Aku juga tidak tau kemana Weastama melanjutkan sekolahnya. Aku
lulus dari SMP, ku lanjutkan SMA ku ke SMA Yogyakarta. Saat ku mau ke perpustakaan,,
aku bertabrakan dengan seseorang,, aku menjatuhkan bukunya. Aku meminta maaf
padanya,,, saat ku lihat ternyata orang itu Weastama, aku kaget
melihatnya,,,aku merasa sangat senang... aku bertemu Weastama lagi.. Weastama
kemudian mengajak aku beli bakso di kantin sekolah... kami bercerita,,,
Weastama juga mengajak aku pulang bersama. Sebelum pulang,, aku teringat
sesuatu..... lukisan itu teringat di pikiranku,, aku bingung mau mengatakannya
atau tidak,, ketika aku sedang berpikir Weastama mengagetkanku. Weastama
mengajakku makan siang,, dan Weastama juga mempertemukanku dengan May. Aku
mencoba tersenyum dengan May dengan berat hati. Sakit jika melihat Weastama dan
May,,, sementara aku diantara mereka. Aku mengingat ketika aku SMP,, aku ngga
bisa seperti itu lagi. Aku mengambil keputusan,, aku meminta maaf kepada
Weastama,, “eh, aku mau pulang duluan,, ngga usah diantar pulang,, lebih baik
kamu nganter May” aku meninggalkan mereka,, dan aku tak menghiraukan Weastama
yang ingin menanyakan kenapa kepadaku. Sejak kehadiran May,,, aku selalu
menghindar dari Weastama. Aku tau kalau Weastama sedih melihat sikap ku seperti
itu,, tapi aku berpikir,, lebih sedih aku daripada dia. Weastama belum meminta
lukisan yang dia minta. Saat aku pulang sekolah,,, aku bertemu May,, aku
mencoba menghindar dari May tapi May memegang tanganku. May mencegahku untuk
pergi,, aku mendorong May hingga dia jatuh. May tak menyerah,, dia tetap
berusaha untuk memegangku. Hingga aku bilang ke May sambil meneteskan air mata,
“pergi !! lepasin tanganku May.. sakit tau..ngga usah kayak gini, kaya anak
kecil aja” May menjawab “anak kecil? Kamu itu yang kaya anak kecil !! Kamu
pengen aku pergi?? Aku akan pergi,, tapi kenapa kamu jadi berubah??” Aku
menjawab “itu bukan urusan kamu” May pun terlihat kecewa dengan aku dan dia
menampar aku,, kemudian dia pergi meninggalkanku. Aku sadar bahwa sifatku sangat
jauh berbeda. Aku berjalan ke sungai dengan tertatih,, aku benci dengan diriku
sendiri. Saat itu juga,, Weastama menghampiriku,,aku tak bisa menghindar
darinya karena aku seperti butuh dia. Weastama memandangku kemudian berkata
kepadaku “sakit??”aku diam saja, Weastama melanjutkan perkataannya “tak apa...jangan
menangis ya,,,aku ingin kamu berteman baik dengan May. Emm,, kamu masih ingat?
Pelukis yang mempunyai kekurangan fisik,, mereka tak pernah menyerah untuk menghasilkan
banyak karya. Padahal susah banget melukis tanpa tangan,, tanpa melihat”kata
Weastama dengan tersenyum,aku teringat bahwa aku pernah di ajak Weastama ke
pinggiran jalan untuk melihat hasil lukisan dari para pelukis, tapi pelukis
yang mempunyai kekurangan fisik dan hasilnya tak jauh berbeda dari
pelukis-pelukis yang tak punya kekurangan fisik. “Aku ingin kamu seperti
pelukis itu,, punya semangat yang besar,, prestasimu tingkatkan ya” tambah
Weastama sambil tersenyum lagi. Aku merasa nyaman saat itu, nasihat-nasihatnya
dan supportannya menguatkanku. Ingin ku katakan sesuatu tapi aku tetap tidak
berkata apapun karena aku tak sanggup. Aku hanya berkata dengan lirih,, “Pergi”
Weastama pun meninggalkanku. Malamnya aku memikirkan perkataan May dan Weastama,
“besok aku harus menemui mereka, aku akan minta maaf kepada May dan aku akan
memberikan lukisanku ke Weastama. Pagi harinya,, aku pergi ke rumah May dengan
menggunakan sepeda. Ketika aku sampai di rumah May,, tetangga May bilang kalau
May sudah pindah,, dan sekarang keluarga May sedang mengantarkan Weastama ke
Bandara. Aku kaget mendengarnya,, aku dengan sepedaku menuju Bandara. Aku
mengayuh sepedaku sekuat mungkin,, aku menahan tangis. Aku ingin memberikan
lukisanku. Sampai bandara,, aku mencari ke seluruh daerah Bandara dan kemudian menuju
pintu keberangkatan. Aku melihat Weastama sudah masuk,, aku mau masuk tapi
dilarang,, aku mencoba masuk lagi tetap dilarang. Aku memanggil Weastama,, tapi
sayang Weastama tidak mendengar. Lukisan itu tertinggal di Bandara. Aku sedih
sekali,, aku kembali ke sungai dimana terakhir aku bertemu dengan Weastama,,
aku mencoba menahan tangis,, tapi aku tidak bisa,, aku menangis,, menangis
mengeluarkan semua kepedihanku. Air mataku jatuh bersamaan dengan air hujan
yang jatuh dari langit,, derasnya pun sama. Keadaan
air sungai hari kemarin dengan sekarang sangat jauh berbeda; kemarin air sungai
itu jernih, permukaan airnya tenang; sedangkan hari ini,,, sungai itu airnya
keruh tercampur tanah yang hanyut ke
sungai karena hujan, permukaan air sungai itu terombang- ambing karena hujan
ini;seperti keadaan hatiku saat ini. Kataku dalam hati dengan menangis
sambil melihat air sungai dan hujan.
Berawal dari lukisan, aku
mengetahui bahwa aku punya bakat selain melukis. Berawal dari lukisan aku
mengenal banyak orang. Berawal dari lukisan aku mulai mengagumi seseorang.
Berawal dari lukisan aku merasakan apa yang selama ini anak remaja rasakan
yaitu asmara dan sakit hati. Berawal dari lukisan aku bertengkar dengan teman
dekatku. Berawal dari lukisan aku mengalami kekecewaan yang sangat mendalam.
Berawal dari lukisan aku pertama kalinya menangis di tengah hujan deras. Dan
berawal dari lukisan aku mempunyai semangat hidup. Itulah kesimpulanku terhadap peristiwa 7 tahun
lalu yang pernah kualami, saat aku berumur 16 tahun. Sekarang aku telah berumur
23 tahun dan aku sekarang sebagai seorang arsitek. Bukan lagi sebagai seorang
remaja yang terlibat peristiwa seperti itu lagi. Sekarang aku menjadi seorang
yang tangguh, kuat, dan bukan seperti anak kecil lagi. Itulah hidup, seperti
air mengalir yang tiada pernah berhenti, bahkan jika berhenti kita tidak akan
tau kapan dan dimana air itu akan berhenti.